Sunday, December 3, 2017

#JadiBisa Sukses LDM dengan Traveloka

Sumber foto: pixabay.com

Hidup dalam pernikahan dimana suami dan istri bisa bertemu setiap hari adalah sebuah anugerah. Sayangnya hidup tidak selalu bisa semulus itu. Pasangan suami istri ada kalanya harus terpisahkan oleh jarak. Situasi tersebut kadang tak terhindarkan sehingga harus dihadapi dan dijalani. Ada suami istri yang bertemu hanya di akhir pekan saja. Ada lagi suami istri yang tampak bersama hanya di bulan tertentu dalam setahun. Bahkan tidak sedikit suami yang melewatkan ulang tahun pertama dari anaknya karena sangking lamanya pergi untuk bekerja. Maka bersyukurlah untuk setiap detik kesempatan yang bisa kita nikmati bersama pasangan kita.

Namun pernikahan jarak jauh atau long distance marriage (LDM) bukannya tidak bisa dijalani. Seperti apa yang saya dan suami jalani 6 tahun terakhir. Poin penting yang menurut saya perlu dilakukan oleh pasangan suami istri yang menjalani LDM adalah sebagai berikut.

Pertama, komunikasi.
Selalu berusaha berkomunikasi dengan pasangan. Ada banyak cara untuk melakukannya, diantaranya telepon dan surat elektronik. Susah sinyal seringkali menjadi kendala. Tapi saya yakin apapun kondisinya selalu ada cara untuk tetap dapat berkomunikasi.

Kedua, tekun berdoa.
Tuhan yang menyatukan kedua insan dalam pernikahan menjadi tempat terbaik untuk menyandarkan kondisi dan harapan, termasuk mengenai pasangan kita. Berdoa mengharapkan yang terbaik untuk suami yang sedang bekerja agar diberi kesehatan dan prestasi yang baik akan sekaligus memelihara pikiran positif bagi seorang istri.

Ketiga, saling menjaga kepercayaan.
Tentunya hal ini melibatkan kedua belah pihak. Suami dan istri perlu berhati-hati dalam bertindak karena masing-masing berkewajiban menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga.

Keempat, berkumpul dengan keluarga adalah yang utama.
Apalagi bila telah lahir anak-anak dalam keluarga. Adalah penting untuk ayah dan ibu hadir dalam pertumbuhan anak-anaknya. Suami saya sering menolak tawaran liburan bersama teman-temannya di saat off kerja. Baginya waktu untuk berkumpul bersama keluarga lebih berharga. Seringkali suami dibuat takjub dengan perkembangan pertumbuhan anak-anak kami. Begitu pulang disuguhi kemampuan-kemampuan baru para balita yang belum muncul sewaktu ditinggal bekerja bulan lalu.

Perjalanan pernikahan kami tidak lepas dari perkembangan teknologi. Salah satunya hadir lewat aplikasi pada ponsel pintar yang menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat terbang yaitu Traveloka.

Traveloka, pahlawan bagi pejuang LDM
Sejak awal menikah tahun 2011 suami dan saya harus banyak berpisah. Suami bekerja di Kalimantan Timur sementara saya masih berstatus karyawan di Bandung. Dua kali dalam sebulan suami harus menempuh perjalanan Kalimantan - Jawa - Kalimantan dengan pesawat terbang. Teknologi telah membuka jalan untuk memudahkan hidup para pasangan suami istri yang 'terpaksa' harus sementara beda lokasi ini.  Teknologi hadir membantu kami menembus pembatas jarak dan waktu. Aplikasi Traveloka adalah pahlawan buat kami. Cukup dengan koneksi internet kami bisa memesan tiket pesawat yang diperlukan, dimanapun berada. Tidak perlu lagi kami keluar rumah hanya untuk membeli tiket pesawat. Cukup unduh aplikasinya di ponsel pintar dan Traveloka akan menyelesaikan tugas penyediaan tiket.

Kini setelah hadir kedua anak yang masih balita LDM masih kami jalani. Suami bekerja di Kalimantan Timur tapi saya yang agak 'bergeser' ke Jawa Tengah, tepatnya di Wonogiri. Kalau dulu saat tinggal di Bandung hanya sedikit pilihan bandara untuk datang atau berangkat, kini karena Wonogiri berada di tengah, ada lebih banyak pilihan bandara tujuan. Kadang kami memilih bandara Adi Soemarmo (Solo), atau Juanda (Surabaya), atau Ahmad Yani (Semarang), atau Adi Soecipto (Yogyakarta).

Tidak selalu kami memilih bandara yang sama karena pertimbangan ekonomis. Dimana ada tiket yang harganya ekonomis itulah yang kami ambil. Traveloka membantu kami mendapatkan  tiket terbaik. Tiket terbaik menurut kami adalah tiket penerbangan di hari dan jam yang sesuai dengan keperluan dengan harga yang terjangkau. Daftar tiket penerbangan bisa diurutkan sehingga akan menampilkan harga tiket terendah di deret paling awal/atas. Alhasil tiket yang kami perlukan mudah kami temukan. Fitur tersebut membantu menyingkat waktu pencarian tiket penerbangan yang kami butuhkan.
Daftar tiket dimulai dari harga terendah


Kerjasama dalam mengatasi tantangan
Lokasi tempat suami bekerja menjadi tantangan tersendiri. Jauh dari kota, susah sinyal, dan kerapnya listrik  padam adalah sebagian di antaranya. Jarak 2 jam perjalanan dari pusat kota Samarinda dan 10 jam kerja per harinya tidak memungkinkan suami mendatangi agen perjalanan. Karena itulah keberadaan Traveloka sangat menguntungkan bagi para pekerja seperti suami saya. Saat suami on site ada kesulitan mendapatkan akses internet sayalah yang mem-back up dan menyelesaikan pemesanan tiket pesawat dari rumah.

Sebagai pejuang LDM kami cukup akrab dengan fluktuasi harga tiket penerbangan. Ada kalanya dulu kami harus rajin memantau sampai pada waktu dan harga yang tepat harus buru-buru memesan tiket sebelum harganya berubah lagi. Ternyata sekarang Traveloka memberi lagi kemudahan melalui fitur notifikasi harga. Kami tinggal menentukan hari keberangkatan dan akan muncul informasi harga pesawat yang kami perlukan tanpa perlu berulangkali mengetik detil pemesanan. Caranya adalah klik pilihan 'notifikasi harga' di halaman awal. Isi data penerbangan yang dibutuhkan beserta batasan harga yang kita kehendaki. Akan ada pilihan frekuensi pemberitahuan harga yang akan masuk ke email dan atau lewat ponsel kita. Setelah data disimpan maka kita akan menerima pemberitahuan harga tiket tanpa banyak ketak-ketik saban hari.
Tampilan pembuatan notifikasi harga



Saya jadi teringat zaman masih sekolah dulu. Hari libur adalah hari yang paling ditunggu sehingga tanpa perlu dibantu sekalipun akan mudah diingat. Masalahnya, setelah sekian lama libur perlu juga diingatkan waktunya untuk kembali masuk sekolah. Traveloka juga seakan asisten cerdas yang mengingatkan pelanggan akan informasi penerbangan yang sudah dipesan. Tugas saya sebagai istri mengingatkan suami untuk pulang banyak terbantu oleh aplikasi ini. Traveloka sekaligus menjadi asisten pribadi yang mengingatkan suami kapan harus kembali berangkat bekerja.

Traveloka banyak membantu dalam melewati tahun demi tahun pernikahan kami. Terimakasih atas kerjasama yang terjalin, Traveloka sudah menjadi asisten sekaligus pahlawan bagi kami. Traveloka dulu, terbang nyaman kemudian.

Wonogiri, 3 Desember 2017

Yunike Damayanti

Tuesday, August 1, 2017

Perjalanan Panjang demi Bolu Ketan Hitam


Resep yang tampak mudah dan sederhana tidak selalu sama dengan fakta di lapangan. Mau dilabelin anti gagal sekalipun..., nyatanya untuk saya ada kalanya perlu ekstra ketekunan dan kesabaran. Seperti cerita nyata saya kali ini.

Berawal dari percakapan pada pertengahan Juni 2017 lalu dengan adik ipar di aplikasi Whatsapp, tentang resep camilan yang ampuh untuk mengatasi lapar bagi 'fulltime moms' seperti kami. Resep bolu ketan hitam dari salah satu blog menarik perhatian saya. Tampak mudah, sederhana, dan anti gagal.., katanya. Setelah itu mulailah saya mempersiapkan diri mengeksekusi resep tersebut. Mempersiapkan mental dan spirituil sambil menunggu jadwal suami off dari bekerja di Kalimantan.

Ternyata menuju hasil yang ideal saya harus menempuh perjalanan yang cukup panjang dan berliku. Berikut ini adalah kendala yang saya temui di dalam usaha membuat bolu ketan hitam.

Tepung yang langka
Sulit mendapat tepung ketan hitam di daerah tempat saya tinggal yaitu di Wonogiri. Hal tersebut dikuatkan oleh senior saya di bidang masak-memasak di kota ini. Padahal menurut ipar saya tepung tersebut didapat dengan mudah di warung dekat rumahnya di Bandung. Di sini saya mendapat sebuah temuan penting yaitu adanya kesenjangan ketersediaan tepung ketan hitam antara di Bandung dan Wonogiri. Siapa yang harus bertanggung jawab atas kesenjangan ini?

Setelah berdiskusi dengan suami akhirnya kami sepakat mengatasi kelangkaan tepung ketan hitam ini. Caranya yaitu dengan membeli ketan hitam dan membawanya ke penyedia jasa penggilingan di pasar.

Masalah kelangkaan tepung ini disambung dengan antrian panjang di tukang giling yang juga menyediakan jasa memarut kelapa. Hari itu adalah hari Sabtu, H-1 menjelang lebaran, dimana sepertinya seluruh kota sedang mempersiapkan masakan bersantan. Efeknya, orang-orang antri untuk memarutkan kelapanya di pasar. Ya begitulah, petugasnya sibuk dengan parut-memarut kelapa dan menyisihkan konsumen yang berniat menggiling ketan hitamnya. Pada akhirnya ketan hitam kami selesai digiling menjadi tepung.

Kelangkaan SP
SP adalah salah satu bahan yang tercantum dalam resep bolu ketan hitam. Tapi lagi-lagi, mungkin karena efek lebaran, seluruh kota membuat kue yang memerlukan bahan SP, saya jadi kesulitan mendapatkannya. Ke pasar dekat rumah, ke warung, ke kios, tak ada satupun yang punya SP. Mereka menawarkan ovalet sebagai gantinya. Setelah searching-searching di internet dan tanya sana-sini, akhirnya saya ambil ovalet sebagai ganti SP.

Gegayaan improvisasi
Label anti gagal membuat saya yakin bisa langsung sukses membuat bolu ketan hitam ini, walaupun saya termasuk pendatang baru di dunia masak-memasak. Dengan bahan yang berhasil saya kumpulkan saya mulai mengkuti petunjuk resep tersebut.

Saya berimprovisasi. Resep ini adalah 'bolu ketan hitam kukus'. Yang saya lakukan adalah memanggangnya dengan oven. Yang saya dapat adalah bolu ketan hitam yang kasar teksturnya, bantat, dan semangkuk minyak yang tidak bisa menyatu dengan adonan bolu. Matang tapi gagal, itu yang bisa saya deskripsikan.

Percobaan kedua saya gunakan margarin yang dicairkan sebagai ganti minyak goreng. Hasilnya? Matang, tetap bantat, dan tetap bertekstur kasar. Masih saja kurang memuaskan. Sampai sekarang saya juga tidak tahu pasti penyebab kegagalan ini, biarlah menjadi misteri. Saya sadar kalau kegagalan ini akibat ketidaktaatan pada resep, hehe...

Mungkin ada yang bertanya: "Dikemanakan para bolu gagal itu?". Tentu saja bolu-bolu itu kami makan sendiri sampai habis, hehe... Walaupun bantat dan bertekstur kasar tapi tetap sudah matang dan enak untuk dimakan.

Happy ending story
Setelah dua kali percobaan gagal akhirnya saya reses sejenak. Namun begitu tahu bahwa akhir Juli 2017 ini kami sekeluarga harus pergi ke Bandung untuk mengurus beberapa dokumen, cita-cita menaklukkan resep bolu ketan hitam ini kembali bersemi.

Mulanya kami berniat membawa pulang cireng dari pasar Gang Saleh di jalan Bima sebagai oleh-oleh ke Wonogiri. Tapi saat waktunya tiba untuk kami pulang si penjual cireng belum menampakkan diri. Dengan tepung ketan hitam di genggaman kami pulang tanpa sesal karena ketiadaan cireng.

Begitu tiba kembali di Wonogiri dan beristirahat sejenak saya dan suami langsung bersiap mengeksekusi resep yang bikin penasaran ini. Kali ini dengan tekad untuk sepenuhnya mengikuti apa kata resep bolu ketan hitam ini.

Resep bolu ketan hitam kukus (recook)
Bahan:
a. Tepung ketan hitam 125 gr
b. Gula pasir 100 gr
c. Telur 3 butir
d. SP 1 sdt
e. Minyak goreng 100 gr
f. Vanili 1 bks

Cara membuat:
1. Campurkan bahan b+c+d sampai mengembang. Saya pakai mixer.
2. Masukkan bahan a ke adonan 1 bergantian dengan e dan f, saya menggunakan spatula untuk mencampur.
3. Panaskan kukusan dan lapisi tutupnya dengan kain bersih
4. Olesi loyang dengan margarin dan tuang adonan 2 ke dalamnya
5. Kukus selama 30 menit. Pada praktiknya, bolu sudah matang dalam 15-20 menit.

Dengan penuh semangat saya kerjakan sendiri resep tersebut waktu suami dan para balita tidur. Hasilnya..? Sangat memuaskan. Sangat memuaskan sampai saya bersemangat menuliskan cerita ini. Sangat memuaskan hingga saya mengulang lagi resep tersebut dan berhasil dengan memuaskan pula. Bolu ketan hitam yang mengembang, lembut, dan pas manisnya. Membuat bangga seorang ibu rumah tangga semacam saya ini, hahaha..

Dari perjalanan panjang penuh liku dan kegagalan ini saya belajar beberapa hal, yaitu:
1. Seru juga coba-coba resep baru. Kalau gagal bikin penasaran, kalau berhasil bikin bangga. Apalagi kalau langsung habis dimakan suami dan anak-anak, bahagia rasanya.
2. Cobalah untuk menaati dulu apa kata resep sebelum berimprovisasi. Apalagi untuk pemula seperti saya.
3. Membaca resep yang saya tulis ulang di atas, saya jadi teringat zaman praktikum kimia dasar waktu kuliah. Karena malas menulis langkah-langkah percobaan dengan panjang lebar jadilah menulis resepnya seperti rumus persamaan supaya praktis. Yang di atas ini masih mendingan memakai tambahan kata-kata untuk memperjelas maksud. Hehe...

Saturday, July 8, 2017

Mengevaluasi Kegiatan Rohani untuk Mengisi Liburan Anak


Liburan anak bisa diisi berbagai kegiatan kreatif, salah satunya dengan kegiatan rohani. Sejak kecil saya sudah familiar dengan Sekolah Injil Liburan (SIL), kegiatan yang dilakukan gereja-gereja Baptis di masa libur sekolah di bulan Juni atau Juli.
Yang bisa dikenang dari masa kecil saya mengikuti SIL ialah bahwa kegiatan ini sangat menyenangkan. Banyak cerita disampaikan, banyak hasta karya dibuat, banyak teman untuk berinteraksi, dan banyak lomba tentunya dengan banyak hadiah.
Beranjak dewasa keterlibatan saya dalam SIL adalah sebagai penyelenggara. Mulai dari sekedar asisten hingga menjadi ketua pelaksana. Di situlah kemampuan berorganisasi diasah. Kekurangan atau cela 'pasti' ada dalam beberapa kali penyelenggaraan SIL yang saya ikuti. Tapi itulah namanya proses belajar seumur hidup.
Kini, kembali saya hadir di SIL, sebagai pengantar kedua anak balita saya. Yang saya lakukan adalah memotivasi anak-anak saya untuk semangat mengikuti SIL tahun ini. Sekalian mengenalkan dunia sekolah kepada si sulung yang tahun depan akan memasuki sekolah formal.

Catatan ini saya buat sebagai pengingat bahwa SIL adalah program nasional tahunan gereja Baptis. Artinya, gereja-gereja Baptis di Indonesia sudah mahfum bahwa pertengahan tahun adalah waktunya gereja mengadakan SIL. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan SIL, yaitu:

Perencanaan yang matang
Ketika gereja menyusun program tahunan tentunya SIL sudah bisa dimasukkan dalam daftar. Biaya yang diperlukan bisa diperhitungkan. Koordinator pelaksana sudah bisa direncanakan. Teknis pelaksanaannya sudah bisa dimulai beberapa bulan sebelum hari pelaksanaan. Pedoman pelaksanaan SIL sendiri tentunya sudah tersedia di awal tahun. Gereja bisa menyesuaikan situasi setempat untuk mencapai tujuan nasional SIL sambil mengoptimalkan fasilitas yang ada.

SIL adalah sebuah kegiatan dengan printilan yang cukup banyak. Mulai dari kegiatan pembukaan, kegiatan di kelas, variasi kegiatan indoor dan outdoor, lomba, atribut-atribut dan lambang-lambang..., waahhh.., banyak.. Perencanaan yang matang akan menolong tercapainya tujuan SIL dan memberikan pengalaman indah tak terlupakan untuk setiap orang yang terlibat. Perencanaan yang matang sebenarnya menolong si pelaksana untuk lebih siap menghadapi antusiasme peserta.

Di masa persiapan pasti akan menghadapi berbagai persoalan. Contohnya perbedaan masa libur sekolah untuk setiap tingkat pendidikan dan mungkin tiap propinsi. Contoh lain lagi adalah masa libur sekolah tahun-tahun ini yang bersamaan dengan libur lebaran. SIL adalah waktunya anak-anak sekolah yang libur untuk berkegiatan di saat orang dewasa tetap masuk kerja. Siapa yang bisa ambil bagian untuk membantu? Hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan SIL.

Melibatkan banyak orang berkomitmen
Biasanya akan timbul persoalan karena orang-orang dewasa harus tetap bekerja saat anak sekolah libur. Karena itu perlu didata siapa saja dari jemaat yang bisa ikut terlibat dalam SIL. Inilah sebabnya SIL perlu dipersiapkan dalam waktu yang cukup. Gereja bisa membuat angket untuk jemaat, mengundang setiap orang untuk terlibat, sesuai kesanggupan, kemampuan dan kerelaan mereka. Mungkin ada yang ternyata bisa ambil cuti di hari pelaksanaan SIL tersebut. Mungkin ternyata ada yang bersedia menyampaikan cerita, menolong di hasta karya, membantu penyediaan konsumsi, atau hal-hal lain yang bisa saja belum terpikirkan oleh penyelenggara.

Saat mengantarkan para balita saya mengikuti SIL, saya jadi sadar akan perlunya pendamping di kelas asuhan (usia 0-3 tahun). Para batita ini perlu diarahkan dan dibimbing supaya bisa berkonsentrasi pada materi. Bayangkan saja kesulitan membuat anak mendengar cerita saat mereka hanya bisa fokus selama kurang dari 1 menit. Tanpa arahan, bimbingan, dan pendampingan yang terjadi adalah anak-anak akan bosan, membuat ulah, dan akhirnya mengacaukan kelas. Pasti guru akan banyak memerlukan bantuan. Kalau Saudara mau, tahun depan mendaftarlah sebagai pendamping di kelas asuhan. Peran Saudara akan sangat besar.., hehe..

Komitmen menjadi penting karena setiap orang perlu memahami bahwa SIL adalah murni pelayanan tanpa imbalan materi. Berkomitmen hadir tepat waktu saja sudah sangat membantu. Bila kepada peserta SIL diumumkan untuk hadir pukul 07.30, maka sebagai penyelenggara hadirlah paling tidak setengah jam sebelumnya. Pasti ada 1 atau 2 anak yang sudah hadir. Ketepatan waktu Saudara sebagai penyelenggara akan menjadi pengobar semangat anak untuk antusias di SIL. Bayangkan ketika peserta sudah lebih dulu hadir dan satupun panitia belum nampak siap menyambut, tentu akan mengecewakan.

Printilan tugas di SIL perlu dibagi merata di kepanitiaan. Bila seorang anggota panitia dibebani tugas terlalu banyak akan menyebabkan kelelahan dan kurang fokus. Itulah pentingnya melibatkan banyak orang. Remaja usia siswa SMA dan mahasiswa adalah tenaga produktif dalam pelaksanaan SIL. Mereka (seharusnya) bisa bekerja dengan kreatif, melek teknologi, dan bergerak lebih cepat. Yang berusia lebih matang bisa dipercaya untuk menangani hal-hal yang lain, misal mengurus konsumsi, mendampingi peserta di kelas, mencatat, dsb. Carilah potensi itu di gereja.

Komunikasi yang baik
Banyaknya tugas di SIL dan orang yang terlibat perlu disatukan dalam 1 komunikasi yang jelas. Itulah peranan penting para koordinator. Tanpa komunikasi yang baik akan terjadi banyak salah paham. Pembagian tugas seperti diagram yang dibuat Yitro (mertua nabi Musa) masih relevan dilakukan sampai kini. Setiap koordinator harus bisa meneruskan dan menyampaikan informasi dengan baik dan jelas sehingga komunikasi dari pucuk pimpinan hingga pelaksana teknis adalah suara yang sama.

Setelah mengikuti SIL ini saya berusaha menuliskan catatan karena rindu tahun depan SIL bisa dilaksanakan dengan lebih baik lagi. Tadinya saya berencana menunggui anak-anak saya ikut SIL sambil buka hp dan bersantai-santai di kejauhan. Tapi melihat situasi yang ada saya mengurungkan rencana tersebut, hehehe.. Mungkin tahun depan saya akan laksanakan rencana tersebut. Setidaknya saya sudah membuat rencana, hahahaha...

Thursday, May 18, 2017

#MemesonaItu Saat Wanita Menerobos Batas Zona Kenyamanan


Dulu, rumah dengan pagar dan gerbang terkunci adalah tempat yang nyaman bagi saya. Mengapa? Karena hanya yang punya kepentingan jelas yang bisa masuk dengan pemberitahuan sebelumnya. Ditambah lagi dengan sifat saya yang sangat betah beraktifitas di rumah saja. Hal tersebut berlanjut saat harus merantau bekerja. Lajang yang bekerja ini memilih rumah kos dengan pagar yang rapat sebagai tempat berteduh.

Bertahun-tahun setelahnya, saya harus merelakan zona nyaman masa-masa bebas berdiam di balik dinding pagar itu. Petualangan hidup berlanjut. Saya menikah, dan kami pindah ke rumah yang tak berpagar. Kini hadir pula 2 balita yang memaksa ibunya keluar dari zona kenyamanan.

Mengasuh kedua balita dengan kondisi tanpa asisten dan suami yang bekerja di luar pulau ternyata cukup menguras energi dan emosi. Ibu rumah tangga ini harus bisa menyiasati apapun situasi dan kondisi yang terjadi  di rumah, setiap hari. Mulai dari anak yang rewel, susah makan, sakit, ataupun saat mereka seakan tak pernah lelah mengajak bermain sepanjang hari. Ibu rumah tangga pantang sakit dan dituntut serba bisa.

Lalu apa yang membuat seorang ibu bisa bertahan dalam keadaan yang tak selalu mudah tersebut? Selain dukungan suami ini yang saya lakukan:

Mendekat pada Sang Pemberi Berkat
Keluarga yang saya miliki sekarang adalah pemberian Tuhan. Mendekat kepada Tuhan menolong kita untuk ingat kembali bahwa apapun yang dipercayakan kepada kita adalah berkat. Tuhan yang memberi berkat, Tuhan pula yang memampukan kita mengelola berkat tersebut. Saat kita masih bisa bangun pagi artinya Tuhan masih mempercayakan kepada kita sebuah kehidupan untuk dijalani. Jadi berdoa, bercakap-cakap, dan mendekat pada Tuhan maka dari situlah kita menerima kekuatan seorang ibu.

Mengasihi diri sendiri
Pada dasarnya setiap wanita, termasuk di dalamnya seorang ibu, adalah memesona. Memesona karena setiap pribadi itu diciptakan secara unik untuk tujuan yang mulia. Mengasihi diri sendiri artinya merawat diri. Merawat diri adalah hal yang penting bagi seorang ibu. Mengapa? Karena ibu harus sehat dan bahagia. Gizi seimbang dan pola hidup sehat menjadi hal yang wajib walaupun seringkali harus disiasati oleh sang ibu. Badan yang bersih, harum, dan penampilan yang pantas, akan membawa energi positif dalam ibu menjalani hari-hari perjuangannya.


Saya pun melakukannya. Saat menjalani hari bersama kedua putri saya wanginya parfum Vitalis Body Scent Breeze menjadi pemantik semangat positif. Keharmonisan wangi bunga cyclamen, lily of the valley, peach, cedarwood, dan amber, menyejukkan dan mendamaikan hati. Wanginya membangkitkan rasa percaya diri saya sebagai ibu dalam menemani anak-anak bermain di dalam maupun di luar rumah sepanjang hari, juga saat berinteraksi dengan para tetangga, di samping menyelesaikan berbagai urusan lain di rumah tangga yang seakan tiada pernah usai. Vitalis body scent menjadi teman yang setia untuk saya beraktifitas setiap hari.

Berpikir positif dan optimis
Saat kita memilih berpikir positif atas segala hal maka tindakan kita akan turut dipengaruhi. Berpikir positif ketika kondisi rumah tak selalu rapi karena adanya proses eksplorasi anak-anak menolong kita mengendalikan emosi. Artinya orangtua melakukan tugasnya untuk menstimulasi kreativitas anak. Ibu yang bahagia pasti membawa pengaruh positif bagi anak-anaknya.

Mendidik anak adalah sebuah proses panjang. Akan ada saatnya kita menuai apa yang kita tabur sekarang. Saya yakin bahwa setiap ibu yang berusaha mendidik anaknya dengan baik akan mendapat hasil yang tidak mengecewakan.

Menjalani setiap hari dengan penuh syukur
Mensyukuri segala yang terjadi akan mengusir keluhan dari pikiran kita. Dengan bersyukur artinya tidak ada tempat lagi untuk yang namanya si keluhan di hidup kita. Apapun keadaan kita, dimanapun kita berada, semuanya patut disyukuri. Segala sesuatu yang terjadi adalah atas seizin Tuhan. Dengan demikian beban hidup kita serasa diringankan dan hati menjadi lebih tenang.

Masa-masa begadang dan mengganti popok bayi telah berlalu. Sekarang adalah saatnya mengajarkan kepada anak-anak mengenai berbagi, saling menjagai, dan mengenalkan kemandirian. Esok, akan segera tiba saatnya para balita kesayangan ini memasuki dunia sekolah. Artinya zona nyaman siap ditinggalkan dan cerita baru segera dimulai. Yaitu cerita tentang ibu dan buah hatinya yang mulai bersekolah.

Setiap wanita mempunyai batasan zona nyamannya masing-masing. Saat harus keluar dari zona nyaman tersebut pastilah tidak mengenakkan. Hidup manusia seperti buku dimana setiap halamannya memiliki kisah tersendiri. Saat wanita menerobos zona kenyamanan artinya telah selesai satu kisah dan dimulailah kisah baru berikutnya. Seluruhnya menyatu menjadi satu rangkaian cerita yang menakjubkan, penuh warna, memesona.

Ini cerita saya. Sampaikan juga ceritamu!

#MemesonaItu

Friday, April 7, 2017

#MemesonaItu Orang yang Bisa Mengendalikan Diri


Saya tergerak bercerita tentang orangtua saya. Bapak dan ibu saya adalah sosok yang tidak tergantikan. Mereka memesona untuk saya karena keteladanan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatannya.

Orang yang memesona dapat mengendalikan pikirannya
Pikiran-pikiran yang bagaimana yang seharusnya kita miliki? Pikiran positif. Pikiran positif merupakan kekuatan potensial yang bisa mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan. Pikiran positif ternyata berefek kepada kesehatan jasmani kita.

Ibu saya divonis menderita tumor ganas tahun 2004 di bulan Agustus. Sejak diinformasikan oleh dokter demikian dijadwalkan operasi pengangkatam tumor 2 minggu setelahnya. Apakah ibu takut? Saya tidak menjumpai ibu saya meratap. Yang saya tahu, begitu diberitahu dokter untuk operasi, ibu dan bapak mengajak kami sekeluarga berdoa. Lalu ibu dioperasi, meninggalkan jahitan panjang membujur di perutnya. Seperti bekas luka operasi sesar, hanya jahitan ini bukan melintang tapi membujur di perutnya, cukup panjang. Setelah itu ibu sempat sembuh. Namun tahun 2010 muncul lagi tumor yang menggerogoti kesehatan ibu. Yang saya lihat dari ibu adalah bahwa iya, ibu membawa penyakit dalam tubuhnya. Tapi semangat untuk sembuh membuatnya bertahan. Semangat itu nampak waktu beberapa kali di tahun-tahun terakhir ibu bolak-balik dirawat di rumah sakit. Setiap kali ada yang menjenguk ibu selalu berusaha tampil ceria. Tidak pernah sekalipun saya lihat ibu menangis. Malah yang menjenguk yang terharu melihat kondisi ibu yang kian kurus. Saat kontrol ke dokter adalah saat yang ditunggu ibu karena sekalian bisa jalan-jalan keluar rumah dan menikmati perjalanan bersama bapak. Saat jeda jadwal kontrol diperpanjang ibu tambah bersemangat karena artinya kesehatannya semakin baik. Saya baru menyadari kondisi ibu menurun drastis saat ibu harus segera ke dokter setelah menengok saya paska melahirkan anak pertama. Ternyata sebelum berangkat menemui saya ibu sempat terjatuh di kamar mandi. Sepulang dari Bandung ke Wonogiri ibu langsung dirawat di rumah sakit sampai ujung usianya. Tadinya harapan hidup ibu setelah operasi di tahun 2004 hanyalah 3 tahun. Tapi semangat dan pikiran positif ibu dan tentu saja doa yang terpanjatkan memberi bonus tahun-tahun kehidupan untuk bisa dinikmatinya.

Saya ingat waktu saya berbicara dengan bapak beberapa tahun setelah ibu meninggal. Saya ceritakan banyak keluhan, seakan semua keburukan semata yang saya alami. Dengan tenang bapak memberi jawaban yang sederhana tapi tak terbantahkan oleh saya. Bapak menjawab: "Semua yang terjadi disyukuri saja, supaya hidup kita ringan". Saat terbatas uang dan kebebasan, saat tidak bisa berkumpul dengan keluarga, saat harus sendirian, semuanya disyukuri saja. Apalagi yang bisa kita keluhkan kalau segala hal kita syukuri? Tidak ada. Yang bisa kita nikmati kemudian adalah damai sejahtera.

Semangat, pikiran positif, dan hati yang penuh syukur, itulah contoh nyata yang saya bisa lihat langsung dari orangtua terkasih.

Orang yang memesona dapat mengendalikan perkataannya
Zaman cepat sekali berubah. Mengubah pula orang-orang yang hidup di dalamnya. Lihat saja media sosial. Nilai-nilai kesantunan tampaknya mulai memudar. Orang bebas bicara, baik ataupun buruk. Hari ini bisa saja bermulut manis, besok harinya tulisannya umpatan belaka. Yang satu menyatakan pendapatnya, yang lain menghujaninya dengan makian. Tak terlerai, tiada habisnya. Yang ada malah saya menghela nafas panjang dan meninggalkan laman tersebut. Bukankah yang kita ucapkan asalnya dari hati? Bila hatinya bijaksana tentunya perkataan-perkataannya membuktikannya dan teruji.

Bapak saya seorang pendeta. Selama lebih dari 30 tahun beliau melayani jemaat di kota kecil di Jawa Tengah, tepatnya Wonogiri. Tinggal bersamanya memberi pengalaman yang indah untuk saya. Saya memahami bahwa tidak mudah untuk menjadi hamba Tuhan penuh waktu. Tidak jarang bapak menangani konflik yang terjadi di antara jemaat. Di sinilah diperlukan kebijaksanaan yaitu untuk memberikan kata-kata yang tepat kepada orang yang tepat di waktu yang tepat pula. Saya sebut hal ini sebagai hikmat seorang hamba Tuhan. Hikmat dalam hati dan terungkap dalam kata-kata yang tepat. Hikmat itu teruji dalam lamanya jabatan pemimpin jemaat yang diemban oleh bapak.

Orang yang memesona dapat mengendalikan perbuatannya
Kata-kata saja ternyata belum cukup. Perbuatanlah yang membuktikan apa yang ada dalam hati setiap orang. Perbuatan berbicara lebih keras daripada sekedar kata-kata.

Saya ingat waktu dulu sedang memikirkan calon suami seperti apa yang saya inginkan. Dengan mudah saya bisa jawab bahwa calon suami yang ideal adalah yang seperti bapak saya. Ini mempertegas sosok yang menjadi panutan dan teladan buat saya. Bimbingan dan didikan bapak membentuk kami anak-anaknya menjadi seperti sekarang.

Tentu saja semua hal di atas menjadi harapan saya sebagai orangtua bagi anak-anak saya. Betapa indahnya saat anak-anak kita mengidolakan orangtuanya. Orangtua yang penuh kasih dalam mendidik dan membesarkan putra-putrinya dan menjadi teladan hidup seutuhnya.

#MemesonaItu

Wednesday, April 5, 2017

Sang Pangeran Tampan Berkuda Putih

Ya, itulah gambaran calon suami ideal di dongeng negeri antah berantah. Biasanya ditambah adegan sayembara kerajaan karena sang putri jatuh sakit.Tapi itu sekedar imajinasi. Realitanya saya merantau, dari kota kecil di Jawa Tengah ke bumi Parahyangan. Jauh dari saudara, jauh dari orangtua. Tempat kerja seakan menjadi rumah kedua, lingkungannya seakan menjadi saudara baru. Saya staf administrasi di sebuah yayasan pendidikan di kota Bandung.

Bertemu dengan orangtua murid adalah biasa saya jalani setiap hari. Sampai suatu hari Jumat di bulan Oktober 2010 datang seorang pemuda diantar seorang kawan ke kantor saya. Pikir saya, mereka ada keperluan berkaitan pekerjaan saya.
Setelah pembicaraan selesai saya masih diliputi tanda tanya apa maksud kedatangan mereka.

Di akhir minggu itu, hari Sabtu malam, datang pesan singkat di telepon seluler saya. Ternyata dari sang pemuda, mengajak makan malam, Sodara-sodara.. Tanpa pikir panjang saya balas pesan tersebut, saya sampaikan maaf karena tidak bisa bertemu saat itu. Mengapa tiba-tiba ada seorang yang baru saya kenal mencoba mendekati secara personal? Tanya saya yang masih begitu polos waktu itu dalam hati. Kejadian 2 hari itu saya bawa dalam doa sambil bertanya-tanya apa maksud semua itu.

Hari Senin saat kembali masuk kerja saya ceritakan kejadian tersebut ke sahabat saya. Barulah saya disadarkan oleh sahabat saya untuk membuka hati kepada sang pemuda. Saya kirim pesan singkat saya kepadanya meminta kesempatan lagi untuk membangun hubungan baik. Ternyata sang pemuda sudah jauh di pulau seberang untuk kembali bekerja.

Bulan berikutnya baru kami kembali bertemu. Berusaha saling mengenal dalam waktu yang sempit. Pekerjaan di Kalimantan membuatnya hanya bisa pulang ke Bandung seminggu dalam sebulan. Di luar pertemuan itu kami terus saling kontak melalui telepon, sms, dan surat elektronik.

Kesamaan tujuan kami menjalin hubungan, yaitu untuk berumahtangga, membawa kami kepada rencana menikah. Bulan April 2011 orangtua kami bertemu menentukan tanggal pernikahan. Dua bulan kemudian tepatnya 27 Juni 2011 kami menikah.

Waktu yang singkat untuk sebuah hubungan pra nikah. Dalam waktu tersebut bisa dihitung dengan jari berapa kali kami bertatap muka. Tantangan jarak yang terpisah jauh dan waktu yang sempit harus kami hadapi dalam persiapan pernikahan kami. Nekat? Ya dan tidak. Ya, saat melihat data jumlah pertemuan kami. Bukan nekat karena kami menyadari konsekuensi masing-masing dan adanya dukungan penuh orangtua kami.

Orangtua kami ikut ambil bagian dalam 'perjodohan' ini. Sebelum pertemuan pertama kami di atas ternyata ayah dari sang pemuda sudah lebih dulu menemui saya, tanpa saya sadari. Beliau seakan menjadi agen rahasia garis depan, melakukan survey, melaksanakan observasi, atas rekomendasi dari para sahabatnya.

Ibu saya sudah lama ikut berjuang demi anak perempuannya ini bertemu pasangan hidupnya. Setiap hari ibu mendoakan perkara penting ini dan beberapa waktu lamanya berpuasa untuk saya. Hal ini mengingat usia saya yang mendekati 30 ditambah kondisi kesehatan ibu yang sudah menurun karena kanker, diramu dengan fakta bahwa diantara kami tiga bersaudara tinggal saya yang belum menikah.

Dalam rencana saya, suami saya adalah teman dekat saya. Dalam impian saya, calon pasangan hidup saya adalah sahabat dimana kami biasa bertemu dan bekerjasama dalam satu komunitas yang sama. Kenyataan ternyata tidak sejalan dengan skenario saya. Suami saya adalah pria yang baru saya kenal. Sekarang kami memiliki 2 anak perempuan. Perbedaan-perbedaan di antara kami menjadi hal yang tetap harus dijembatani supaya masalah dalam berumahtangga dapat terselesaikan. Seringkali kami tertawa saat kami berargumen, menertawakan perbedaan kami. Tapi itulah yang membuat kami tertantang untuk terus mengarungi samudera kehidupan berumahtangga dalam satu bahtera utuh, sampai maut memisahkan. Tuhan, terimakasih untuk setiap jawaban doa yang Tuhan beri. Tolonglah kami, sertailah kami sampai akhir. Amin.

Monday, March 27, 2017

Mencicipi Kemewahan Kefir dalam Merawat Wajah dengan Prime Kefir


Terakhir kali saya pergi ke salon untuk facial adalah pertengahan Desember 2012. Wow, sudah lama juga ya. Setelah salon langganan berubah jadi minimarket sempat coba facial di sebuah salon yang cukup punya nama di Bandung. Baru saja akan mulai dirutinkan lagi eh saya malah mulai sibuk hamil dan hidup berpindah-pindah. Hehehe...

Setelah setengah dasawarsa pernikahan terlewati mulailah bangkit kesadaran merawat diri lagi. Bukan semata-mata untuk suami tapi untuk diri sendiri juga. Sehari-hari berkutat dengan para balita membuat hal merawat diri adalah sebuah kemewahan. Emak perlu 'me time', gitu ceunah kata orang-orang kekinian.

Iseng-iseng ikut challenge menulis di grup emak-emak TNB13 eee beneran dapat hadiah. Dapat hadiah sponsor masker Prime Kefir, Sodara-sodara... Makasih ya Mbak Sofuro untuk hadiahnya.

Kefir mengandung asam laktat dan anti oksidan untuk merawat kulit menjadi sehat. Kandungan bahan organik di dalamnya membuatnya aman untuk diaplikasikan ke kulit. Tapi tetap perlu menyesuaikan dengan kondisi kulit masing-masing dan cermat mengamati reaksinya. Demikian pula dengan buah gojiberry. Buah ini mengandung antioksidan yang dapat memperlambat penuaan pada kulit. Saat bahan-bahan organik ini digabungkan menjadi masker yang kaya manfaat untuk kulit.

Begitu paket masker Prime Kefir datang langsung saya potoh.., kemudian saya simpan cover dan brosurnya, sebelum dijarah para balita di rumah.

Setelah waktunya tepat (baca: at the night when my babies is sleeping) pelan-pelan saya cermati produk ini. Kemasan dan penampilannya sederhana. Masker kefir dalam kemasan sachet di wadah plastik. Dalam wadah tersebut ada 10 sachet. Praktis juga nih masker, tidak perlu campur-campur air lagi (kata saya dalam hati). Ada tertera komposisi bahan masker dan sabun organik. Diterangkan bahwa produk ini aman untuk digunakan karena bahan-bahan yang dipakai adalah alami.

Tadinya saya berencana uji alergi masker kefir ini di area belakang telinga. Tapi dasar ibu-ibu maunya segera mendapat hasil instan, langsung saya eksekusi saja masker kefir ini.

Ini pula pertama kalinya saya mengaplikasikan masker sendiri di rumah. Tadinya saya pikir wajah saya akan terlihat cukup seram saat menggunakan masker ini. Ternyata tidak seseram yang saya bayangkan. Anak saya yang masih menyusui pun tidak mempermasalahkan saat ibunya malam-malam memakai masker. Lagipula sengaja lampu kamar dibuat redup sehingga anak segera tertidur lagi bila terbangun di malam hari.

Pertama kali menggunakan masker ini saya merasakan seperti ada rasa 'clekit-clekit' di wajah. Hal itu disebabkan kefir yang mengering seperti kerak yang menarik kulit. Namun setelah beberapa kali pemakaian sensasi tadi sudah tidak terasa lagi, atau mungkin saya yang sudah terbiasa.

Setelah dioleskan ke wajah dan ditunggu sekitar 30 menit, saya bilas wajah dengan air hangat dan sabun kefir organik. Sebenarnya dibilas air hangat saja sudah cukup. Adanya sisa lemak kefir ternyata malah dapat membuat kulit kenyal. Namun karena saya yang kurang nyaman dengan sisa masker dan bau susu yang masih tercium, saya bersihkan wajah lagi dengan sabun kefir organik. Baru setelah itu saya merasakan wajah menjadi bersih dan segar. Saya suka masker ini karena langsung terasa hasilnya di pemakaian pertama ini. Alergi yang saya kuatirkan ternyata tidak terjadi untuk kulit saya.

Satu sachet masker bisa digunakan 1-2 kali pemakaian. Saya simpan sachet masker yang sudah terbuka di freezer.

Maksud hati rutin menggunakan masker ini sesuai petunjuk pemakaian. Tapi apa daya, kadang waktu anak-anak tidur emak memilih menemani mereka sampai pagi hari.

Akan lebih membantu konsumen bila di kemasan dicantumkan kode produksi dan masa berlaku. Karena untuk ibu-ibu semacam saya masih butuh perjuangan untuk bisa konsisten memakai masker sampai habis. Karena mengandung kefir yang notabene mudah rusak ada baiknya dicantumkan juga cara menyimpannya agar didapat hasil maksimal untuk pelanggan. Setelah saya chatting dengan mbak Sofuro ternyata produk ini harus disimpan dalam freezer untuk bisa tahan hingga 3 bulan.

Terimakasih masker kefir Prime, menjadi penyemangat untuk saya merawat kesehatan kulit. Dan juga menjadi penyemangat saya untuk mewarnai hidup dengan terus menulis.