Ini mungkin menjadi tulisan paling bermakna selama bulan September ini. Rasanya terlalu berharga untuk tidak dituliskan, sebelum hilang terkubur mimpi. Sebagai catatan sejarah, titik balik sebuah generasi penerus kehidupan umat yang hidup berpegang pada Firman Tuhan.
Latar Belakang
Disadari bahwa tidak ada yang terjadi semata-mata adalah kebetulan. Seperti sebuah pernyataan yang terdengar entah dimana hari ini: "Segala sesuatu terjadi pasti untuk sebuah alasan." Berawal dari tekad untuk tetap melaksanakan persekutuan rutin kaum muda di gereja kami. Sebulan ini kami isi persekutuan dengan beberapa jenis kegiatan, seperti di Kamis pertama nonton bareng film untuk diambil pelajaran di dalamnya. Sempat libur sekali di Kamis ke-2 bulan ini, dikarenakan ikut mendukung retret keluarga yang dilaksanakan gereja. Kamis ke-3 secara garis besar diisi oleh acara makan. Hal tersebut terjadi karena ada yang berulangtahun tepat di hari kami bersekutu sehingga membawakan cake, sang pacar dari yang berulangtahun berpartisipasi dengan membawa menu spesial buatannya sendiri, kemudian ada sisa bahan pangan yang harus segera diolah dan dihabiskan, ada pula yang pulang dari berlibur dengan bawa buah tangan, dan terakhir karena acara sebenarnya hari itu belajar membuat masakan praktis, kreatif, dan ekonomis untuk kaum muda yang sebagian besar mahasiswa dan beberapa diantaranya adalah anak kos. Lengkaplah sudah menu yang disajikan hari itu, mulai dari makanan pembuka, menu utama, sampai sajian penutup. Yang pasti semua yang datang hari itu pulang dengan perut kenyang.
Penguasaan diri sangat penting untuk dimiliki kaum muda. Semangat menggebu-gebu, keceriaan khas kaum muda, dan dinamika kehidupan kaum muda yang terdiri dari berbagai latar belakang budaya, bahasa, suku, dan didikan keluarga, tetap perlu dikendalikan supaya terarah. Akhirnya diputuskan bahwa hari ini, Kamis ke-4, kami akan 'cooling down', mengurangi kecepatan ritme kehidupan sebelum lepas kontrol. Kami putuskan untuk berdoa di persekutuan Kamis ke-4 ini. Sempat pesimis di awal karena mungkin berdoa bagi sebagian kaum muda zaman sekarang bukanlah sesuatu hal yang menarik. Tapi PKMB adalah persekutuan anak-anak Tuhan. Berdoa bukanlah suatu kegiatan yang sok rohani. Kaum muda juga perlu berdoa, dengan gayanya sendiri, dengan pergumulan-pergumulan khas kaum muda di kota semacam kota Bandung.
Pelaksanaan
Minggu ini ayat 1 Petrus 4:7 dipakai Tuhan untuk mermpersiapkan hari ini. Ayat tersebut setiap hari terdengar dari murid-murid SDK Baptis yang setiap pagi saat berbaris di lapangan menghafalkan ayat tersebut. "Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang supaya kamu dapat berdoa." Akhirnya ayat itu dipakai untuk sms iklan undangan ke teman-teman PKMB. Memang tujuannya supaya teman-teman ingat untuk tetap menguasai diri dalam segala hal. Menguasai diri dengan tetap melibatkan Tuhan.
Lalu diriku harus tetap mempersiapkan segala sesuatunya supaya acara persekutuan ini sukses. Mulai dari bahan Alkitab yang harus ada sebagai dasar persekutuan. Kemudian memilih pemimpin acara yang tepat. Mau tidak mau, karena belum ada pembagian jadwal yang lebih terorganisir, diriku harus juga pikirkan lagu-lagu yang bisa membangun suasana yang pas untuk kaum muda berdoa dan sekaligus mengiringi dengan bermain piano. Bersyukur pada Tuhan buat ketua kaum muda yang sekarang karena punya 'hati' untuk pelayanan di kaum muda ini, walaupun masih harus bekerja dan kuliah di setiap hari Kamis. Karena dialah maka tidak ada rasa 'bekerja sendiri' di pelayanan ini.
Tibalah hari Rabu saat Tuhan membuka pintu satu per satu menuju hasil yang baik yang sudah dipersiapkanNya. Bertemu dengan seorang anggota kaum muda di jam doa menjadi awal kami bernegosiasi dan akhirnya sepakat, dia yang sudah terbiasa pimpin kebaktian, bersedia memimpin acara persekutuan kali ini. Satu persatu permasalahan terselesaikan.
Hari Kamis pagi tadi bahan Alkitab yang akan dipakai belum dibuat. Sampai di kantor, membuka Alkitab untuk bersaat teduh karena belum sempat baca di rumah. Bahasan singkatnya mengenai 'kuasa perkataan', suatu topik yang beberapa kali menjadi sorotan sempat menjadi akar masalah di komunitas kami. Setelah dicari versi bahasa Indonesianya, diriku putuskan bahan itu yang akan digunakan sore ini. Pukul 14.00 siang tadi belum menuliskan pokok-pokok doanya. Setelah duduk diam, berpikir sejenak, akhirnya memulai menyusun dengan 'memulai' mengetik. Satu persatu muncullah bahan-bahan doa yang dinilai penting untuk dibawa kaum muda dalam doa. Akhirnya bahan renungan, pokok doa, dan lagu-lagu yang sudah dipilih disusun dalam 1 kertas bolak-balik, sekaligus sebagai pendukung semangat "Bandung go green", jadi hemat kertas.
Mulailah mendekati pukul 18.00 saat diriku melangkah keluar rumah dalam suasana gerimis kecil. Satu persatu Tuhan antar teman-teman datang, 18 orang hadir. Kami menyanyi, kami saling berkenalan, kami pun bercerita.
Ajaib Tuhanku Yesus Juru Selamat. Kesaksian seorang teman dan pengakuan seorang teman lainnya "sangat pas" dengan bahan renungan yang aku siapkan. Pemimpin acaranya sangat pas membawa suasana persekutuan menjadi hidup, dengan kekhasan kaum muda. Maksudnya tidak kaku, tidak dibuat-buat, tapi mengalir dengan begitu indah. Keterlibatan teman-teman lewat inisiatif untuk berdoa sungguh sangat menghibur, padahal ide untuk meminta mereka berinisiatif mengusulkan diri sendiri untuk pilih pokok doa yang mau didoakan, sebenarnya juga baru datang saat itu juga.
Ketua juga mampu mengajak kami dengan rela hati ikut terlibat dalam kelangsungan PKMB kami, tanpa merasa dipaksa. Artinya, akan dilakukan regenerasi kepengurusan. Menurutku hal ini baik untuk dilakukan. Perlu semangat baru, pemikiran baru, ide baru, untuk menjaga 'kesegaran' komunitas ini. Artinya juga aku harus merelakan posisiku digantikan oleh orang lain. Sambil tetap mengamati dan ikut menjaga gerak teman-teman supaya tetap di alur yang benar. Bukan berarti aku selalu lebih benar dari mereka, tapi hanya akan memberi pandangan-pandangan sejauh yang selama ini aku ketahui berdasar pengalaman. Semoga aku tidak menjadi penghambat kemajuan generasi yang baru ini.
Analisa/pembahasan
Perubahan di komunitas kaum muda bisa berjalan lebih cepat dari yang orang-orang yang lebih tua bisa pikirkan. Gerakan yang terjadi hari ini belum diketahui oleh bapak-bapak yang terhormat. Kalaupun tidak dilakukan hari ini, rasanya mereka juga tidak akan mengusulkan perubahan ini untuk dilakukan. Mungkin karena belum sempat terpikirkan atau bahkan, mungkin tidak terpikirkan oleh para beliau yang begitu sibuk.
Aku ikut mendukung perubahan ini. Kalau pun aku diam saja, tidak akan menjamin kaum muda gereja ini dapat berkembang, malah akan membunuh potensi yang ada. Aku akan terus dukung kaum muda ini selama masih bisa ikut ambil bagian di dalamnya.
Figur seorang pengayom tetap diperlukan. Untuk memayungi segala kehidupan yang dibawahnya. Figur seorang teman sekaligus pelindung yang bisa menemani, mengarahkan, dan menjaga kami di track yang benar. Masalahnya, figur itu belum ada di komunitas ini. Kemana kami harus mengadu, kemana kami harus cari siapa yang tepat untuk figur yang kami perlukan tersebut? Seakan kami harus cari sendiri jawabannya. Lantas siapa yang mau peduli pada komunitas ini? Kalau Anda, punya latar belakang pendidikan teologia Baptis, terpanggil untuk memimpin pelayanan kaum muda di kota semacam Bandung, dan mau bekerja bersama kami, kaum muda, silahkan bergabung bersama kami. Langkahnya, masuklah dalam komunitas kami. Buktikanlah diri Anda dengan langkah awal yaitu 'setia' dan jadilah teman kami. Ikuti saja alur yang ada, jangan buru-buru. Kalau Tuhan memang panggil Anda, Tuhan pasti akan tunjukkan cara dan mampukan Anda menghadapi kami.
Alternatif solusi
Pengetahuan teologia tidak cukup untuk bisa menjadikan seseorang secara de facto pemimpin kaum muda gereja ini. Perlu kerendahan hati dalam keterlibatan seorang pemimpin rohani kaum muda. Kerendahan hati untuk tidak memposisikan diri 'lebih rohani' atau lebih tinggi 'level teologia'-nya dari kaum muda awam. Posisikan diri sebagai teman, itu lebih baik.
Meminjam istilah 'keberlanjutan' dari disiplin ilmu penulis, tulisan ini disusun sebagai catatan penting dokumentasi pengalaman penulis dalam penanganan pelayanan kaum muda. Sebuah bidang pelayanan yang selama 15 tahun ini dijalani penulis sejak terhitung sebagai remaja, dimulai dengan kehidupan di kota kecil, hingga masuk dalam usia bekerja dan terlibat di komunitas kaum muda kota besar, dan tetap terhitung sebagai orang awam. Segala yang bisa terpikirkan sudah dicoba untuk membuat kaum muda tertarik pada gereja. Sudah mengalami dari persekutuan rutin yang dihadiri rata-rata 3 orang, terlibat dalam usaha membangun komunitas kaum muda, hingga sekarang dalam usaha memelihara keberlangsungan hidup komunitas yang rata-rata dihadiri 20 orang, sambil terus meningkatkan kuantitas, tapi juga meningkatkan kualitas 'produk'.
No comments:
Post a Comment