Yup, akibat TV kabel selama di rumah dinas ortu last weekend, jadilah kemarin ambil 6 DVD with the same title. Serial movie. Complete 5th season. Mendukung suasana enggan menghadiri undangan rapat setelah jam doa. Wajah2 tanpa ekspresi dari tiap karakter di film itu, cara berpikir yang jadi unggulan cerita, ternyata bisa meneduhkan mata dari siaran televisi negeri sendiri yang kadang cuma bikin ‘geregetan’, kata Sherina. Dengan terpaksa harus ganti subtitle jadi foreign language karena terjemahannya malah ga karuan. Itung-itung membiasakan telinga untuk mendengar bahasa tersebut. Seperti usaha membiasakan diri dengan bacaan berbahasa asing melalui ODB, ya ini melatih pendengarannya lewat nonton, hehehehe… Usaha pembenaran diri dalam belajar dengan cara sakarepe dhewe. Gapalah…, learning by watching movies… hehehe..
Now about keengganan tadi. Kenapa ya bisa muncul? Trus munculnya tuh yang begitu kuat, sehingga mungkin membungkam suara nurani, yang mungkin sudah berteriak-teriak sekuat tenaga di dalam hati sono. Tapi melangkah keluar dari sanctuary hall waktu doa penutup tadi, tanpa tengok kanan-kiri, trus keluar melewati pintu gerbang, bisa yang dengan tanpa banyak berpikir…, lempeng wee.. Sampe di kos. Trus cari pembenaran diri sendirinya dengan: tidak datang rapat karena trauma dengan rapat yang sebelumnya. Orang-orang yang sama, situasi yang jadi menakutkan saat ada pihak-pihak yang menurutku bertindak tidak sebagaimana seharusnya.
Mungkinkah sekarang malah jadi orang yang lari dari masalah? Kan bisa aja hadir, mempertahankan pendapat mati-matian, ‘whatever it takes’, kata Tom Cruise di film dengan judul yang sama tapi konteks yang berbeda. Jadi seperti tidak berani ambil resiko berargumentasi. Malah tadi udah bikin rencana, kalau sampai ada yang telepon untuk minta balik dan ikut rapat, nih.., udah siapkan jawaban: “Kalau si A, si B, si C, dan beberapa orang lain sudah datang di rapat tsb, baru aku mau balik.” Untungnya ga ada yang telpon gitu. Artinya, it’s just my gedhe rumangsa ajah. Menganggap diri penting. Ternyata mereka masih bisa jalani rapat tersebut, baik-baik aja sepertinya. Hehehe..
Jadi berpikir, apa yang orang-orang itu asumsikan dengan absennya diriku. Oh, mungkin tidak di-sms, kan belum baca bulletin juga karena kebaktian di luar kota. Oh, mungkin ada acara lain. Gitu kali ya.. Tapi ini jawabanku: sebenarnya tadi siang sudah konfirmasi kehadiran yaitu kalau belum ada konsep tertulis mengenai bahan pembicaraan rapat maka aku tidak hadir. Sampai detik2 akhir jam doa belum terima tuh konsep, jadi ya pulang aja. Tapi bagaimana bisa tau sudah ada konsep atau belum kalau tidak hadir di rapat? Hahaha… Dalam hal ini si Trauma yang memenangkan pertandingan antara niat dan tidak niat. Sepertinya jadi bikin aturan sendiri nih. Wah, sepertinya aturan ini harus dituliskan, seperti hukum Hammurabi kali ya.
Pada dasarnya tiap orang suka bikin aturan sendiri tanpa mikirin benturannya ma orang lain. Kebebasan diri sendiri dibatasi kebebasan orang lain. Tapi kalau orang lain punya kebebasan kenapa hal itu kadang tidak diberlakukan untuk kebebasanku? Yah, inilah jawabanku: itulah yang membedakan diriku dan dirinya.
No comments:
Post a Comment