Sunday, May 9, 2010

Today’s Report

Masih ingat tentang ‘ujian’ yang bulan lalu harus saya hadapi? Hari ini hasil ujian itu dikumpulkan.., selesai/tidak selesai. Tapi ya, menurut logika, kalau udah diminta mengumpulkan hasil kerja artinya kan udah selesai ya? Dalam kasus ini, kalau rasanya masih ada yang belum beres dari ujian itu, menurutku Tuhan akan pakai cara lain untuk membuat paham akan maksudNya. Sempat juga terjerembab dalam ‘soal pengecoh’.. Hehe..

Coba aku pikirkan dulu ya maksud Tuhan dalam ujian tersebut di atas dan di bawah (postingan sebelumnya-Red) ini. Sekarang lagi ga bisa konsen karena lagi nonton Indonesia Kid’s Choice Award. Bagus juga ide2nya. Ada rubik, ada pesawat luar angkasa lengkap dengan para astronotnya. Ada hipopo… hipota…, ah.. susah.., kuda nil maksudnya. Tapi tetep…, lagu2nya lagu orang dewasa, pakaian2 penyanyinya rasanya kurang berjiwa anak-anak. Actor/aktrisnya juga dari sinetron2 konsumsi usia dewasa.

KU4 hari ini begitu mendamaikan. Bukan karena pengkhotbahnya. Bila dibandingkan 2 KU sebelumnya yang ini sangat amad santay…: bebas tugas, bahkan pakaian yang dipakai juga terlampau santai karena emang tujuan awal tidak masuk sanctuary hall tapi hanya untuk bantuin yang siapin konsumsi sore & minta tandatangan yang tidak sempat diminta pagi hari karena riweuhnya. Datang KU4 juga setelah mendapat saran atau lebihnya ‘perintah tersirat’ waktu telpon ortu nun jauh di sono… Setelah dibilang: “Oo, jadi sekarang ga KU kalau tidak bertugas…?” Dulu pernah juga dapet ‘perintah’ semacam, tapi tentang doa fajar. Ortu bilangnya: “Adalah lebih banyak berkat kalau bisa bangun lebih pagi trus ikut doa fajar.” Itu setelah ‘beberapa waktu lamanya’ ga dateng DF karena lebih pilih bangun siang di hari Sabtu yang jadi semangkin langka setelah pindah kerja.

Memang kenyataannya kalau ga tugas gitu, jadi lebih bisa menikmati kebaktian. Datang, duduk, diam, dengar.. Kadang pas waktu nyanyi juga diam, menikmati lagunya aja, more than words.., merenung ajah.. sambil review 2 KU sebelumnya, dimana diriku ada di depan, tugas. Rasanya ada yang harus diperbaiki dari si ‘aku’. Kemurnian motivasi, kemurnian hati & pikiran, sepertinya masih jadi isu utama. Benarkah Tuhan yang masih jadi focus utama segala jerih payah ini? Atau semuanya ‘masih’ hanya sekedar kebiasaan, rutinitas.

Sebenarnya kenapa sampai punya: rasa ‘tidak damai’ kalau tidak datang doa pagi, rasa tidak damai kalau tidak datang latihan PS, rasa tidak damai kalau tidak datang ke kegiatan ini & itu… Kenapa juga bisa punya kemampuan main music, kemampuan menyanyi alto, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Bukankah artinya dengan semua sumber daya itu tinggal di-manage untuk dipersembahkan kembali ke Sang Empunya, kepada Tuhan.
Kalau tinggi hati seperti malaikat yang memberontak kepada Tuhan sih rasanya enggak.. Karena sadar betul, masih banyak orang lain yang punya kemampuan lebih baik. Malah cenderung minder.., seperti pas KU2 & EWS tadi, jadi salah tingkah, panic, jadi banyak salah. Kesalahan mah udah dari hari Sabtunya, banyak. Lupa bikin undangan, salah sikap hati ke si A si B, pokoknya banyak wis.. Kalau Sabtu nan libur tuh diwarnai banyak salah gitu, seringnya malem harinya pas mau tidur jadi kesel sendiri, kadang juga sampai meneteskan sang tears. Walaupun dari luar keliatannya beres2 aja, tapi sesungguhnya jauh di dalam hati banyak hal yang seakan kruwel2 ora ketemu juntrungnya.

Lalu apa yang masih salah? Kalau saat teduh, udah tiap hari. Rasanya karena akhir2 ini kurang berdoa. Maksudnya berdoa yang duduk, diam, dengar.., tanpa banyak tuntutan, tanpa banyak minta macem-macem. Tapi kenapa bisa kurang berdoa ya? Mungkin karena seringkali lebih pilih melakukan yang lain daripada berdoa. Padahal sebenarnya banyak hal yang harus didoakan. Ibu yang sekarang ini jadi focus doa. Dan kalau sudah tentang ibu nantinya akan merembet ke persoalan2 lain, yang pada akhirnya jadi seperti ‘raksasa-raksasa’ yang sulit dikalahkan. Seakan ga punya daya mengalahkan persoalan2 itu, ga punya senjatanya. Janji bahwa Tuhan tidak pernah terlelap, Tuhan tidak akan membiarkan, itu masih dipegang erat. Tapi di tengah medan pertempuran semacam ini jadi harus membuat pilihan, mana yang akan diikuti, mana yang akan dibuat menang: sang harapan ataukah musuh. Pengennya tetep, bisa menang supaya harapan menjadi nyata.

Tuhan, NP. 127 lagi ya.. Terimakasih buat Tuhan yang ada dalam hidupku. Dan terimakasih buat semua kemampuan, semua kesempatan, setiap hal yang saya alami.

Kenapa sekarang curhat aja dipublikasikan pada dunia macem gini… Ah, entar bisa di-edit kalau setelah dipikir2 ini kurang pas untuk di-post. Hehehe..

No comments:

Post a Comment