Friday, May 21, 2010

Accumulated Friday

Terserah mau aku namain apa hari ini, jadilah ‘Accumulated Friday’. Spelling checker di word2007 juga tidak protes jadi biarlah tertulis seperti itu, walaupun aku ga tahu pasti apakah sudah benar menurut tatabahasanya.

Mendata
Senin, no-mat, Robin Hood. Recommended untuk ditonton. Melankolisku keluar waktu adegan si Longstride ngebenerin letak kaki Marion di kudanya. So sweet… Melihat Marion seperti bercermin, seorang perempuan pekerja keras tapi tetep menghargai kebaikan orang lain. Kalau disamain ya seperti diriku yang sebatang kara di perantauan tapi ga menolak kalau ada yang nawarin nganter pulang dari gereja. Hahahahahahahahaha…. Sakepenake dhewe dalam membuat perbandingan.

Selasa, digoyang gempa saat di belakang Clavinova di lantai 3 bangunan barat GBP. Ga tega juga waktu ditanya pemimpin acara: “Kalau perlu mic harus ke siapa?” Itung-itung biar dia belajar, dia lebih lama ada di GBP daripada aku, mosok belum tahu bagaimana menyiapkan mic untuk acara di lantai 3. Jahat ih… Tapi lebih kepada melatih sesama teman untuk bertanggung jawab dengan tugasnya, melalui persiapan perlengkapan acara dengan tetap mengikuti prosedur yang sudah berusaha dibuat dan ditaati untuk kebaikan semua pihak.

Rabu, menerima ‘sharing info’ dari temen. Bukan gossip loh.., karena emang begitu fak-ta-nya… (cantata KAA mode: on). Dalam hal ini “Aku bersyukur atas kasih yang nyata dalam Almasih”, untuk ortu dan kakak2, yang jadi tempat belajar selama 23 tahun sebelum akhirnya harus ‘out from comfort zone’. Etika hidup lajang, etika hidup saat menjalin hubungan khusus dengan someone, kedisiplinan yang akhirnya membentuk kebiasaan yang baik, semuanya sudah didapat dari keluarga, dari keteladanan dan otoritas orangtua.

Kamis, mendengar kisah-kisah yang membuat berpikir tentang sekolah teologia yang dulu jadi 1 komplek ma tempat kerja yang lama. Mempertanyakan kualitas masukan yang sudah lolos wawancara yang saat tulisan ini diposting sedang menjalani celah kehidupan yang cukup complicated. Kemudian mempertanyakan system yang dipakai dalam proses penerimaan masukan. Melihat ke belakang, saat masih ada dalam komplek yang sama, kemudian menyadari bahwa ‘quantity oriented’ (waktu itu) mungkin yang menjadi penyebab munculnya ‘complication’ yang mencuat sekarang ini. Kemudian mempertanyakan, sampai dimana batas toleransi yang akan diterapkan? Akan mempertahankan & memperjuangkan idealism atau apa…?

Jumat, full booked. Kerja, IHT, istirahat sejenak. Dikejutkan dering hp sehingga harus balik segera ke GBP. KPBI, booked dadakan, latihan, latihan, and then… finally… 10x10. Tapi lumayan dipulihkan kesegarannya dengan mandi air hangat.

Merenung
Kenapa ya hidupku seperti ini? Ada di posisi tengah di antara 2 pihak yang merasa diri benar. Dan posisiku tidak dalam kuasa untuk menentukan mana yang lebih benar, karena keduanya adalah temen baikku. Akibatnya, kadang capek, kadang gemes ma keduanya, kadang jadi ga tau lagi harus gimana.

Perkataan bahwa ‘plegmatis cenderung mudah pasrah, mudah puas’ masih teringat sampai saat ini. Memang kecenderunganku mencari ke-stabil-an, kemapanan. Tapi rasanya, bukan tipe yang sangat pasif. Tapi memang adalah sebuah usaha keras bagiku untuk belajar. Belajar bersikap baik pada orang lain, belajar berbicara di depan orang banyak, belajar bergaul, belajar piano, dll, semuanya bukan hal mudah untukku. Tapi bukankah usaha keras itu adalah esensi (halah..) dari belajar itu sendiri. Kalau mudah dilakukan ya ga usah belajar juga bisa.

Ya sudahlah.., udah ga connect, sudah blank, ngantoeg. Kalau besok ga datang doa pagi harap maklum ya. Mau nyepi, merenungkan kembali hidup seminggu ini, setelah bertemu begitu banyak orang dengan berbagai masalah di dalamnya selama seminggu ini. Sambil translate not balok ke not angka, kejar tayang Sabtu sore. Tapi besok sarapan apa ya?

No comments:

Post a Comment