Saturday, March 25, 2017

#Memesona Itu Kita Para Wanita


Saat memandang ciptaan Tuhan kita mengaguminya. Betapa mengagumkan merenungkan mengenai manusia, ciptaan Tuhan yang segambar denganNya. Dan lebih menakjubkan lagi memahami mengenai perempuan yang dikatakan dibuat dari tulang rusuk laki-laki. Ajaib, dahsyat kejadian kita, para wanita. Wanita diciptakan dengan pesonanya sendiri. Wanita memesona karena Tuhan menghendakinya.

Memesona itu wanita yang menjalankan tugas hidupnya
Saat masih dalam asuhan orangtua dia menjadi anak yang taat. Apalagi hal yang membahagiakan orangtua selain ketaatan anak-anaknya.

Saat menjadi lajang mengisi hidup dengan siap menolong banyak orang. Memberi telinga yang rela mendengar setiap keluh kesah sesama dan membuka hati untuk mau memahaminya. Setiap perkataannya meneduhkan suasana. Saat patah hati tidak membuatnya putus asa tapi membuatnya bersabar menantikan yang terbaik yang Tuhan janjikan.

Wanita yang memesona menjaga kesucian hidupnya dengan setia mencari kehendak Tuhan dan menjalaninya dengan doa.

Dia menjadi penolong yang sepadan untuk suaminya. Mendukung suami untuk tetap kuat memikul tanggungjawab dalam keluarga. Berdoa untuk suaminya, mengharapkan yang terbaik dari Tuhan untuknya.

Saat menjadi ibu menolong seisi rumahnya. Menolong anak-anak bertumbuh dalam kasih sayang. Mau berdamai dengan dirinya sendiri atas keadaan yang mungkin di luar kehendaknya. Dia cermat mengamati situasi dalam keluarga dan siap mengatasi masalah dengan penuh cinta.

Tidak peduli apa kondisi kita sekarang selalu ada yang bisa dilakukan
Saat dia melakukan kesalahan mengakuinya, mohon ampun kepada Tuhan, sambil berbesar hati menerima konsekuensinya.
Saat badan lemah dan lelah tetap bersyukur sambil merencanakan yang terbaik untuk sesamanya.
Dalam setiap kegagalan mau bangkit dan berusaha menang dari keputusasaan.

Wanita memesona membangun gambar diri yang indah dalam komunitas. Menghargai orang lain, menganggap yang lain lebih utama. Menanggalkan keangkuhan dan mengenakan kerendahan hati. Fisik bukanlah yang utama tapi perbuatan baiklah yang akan memunculkan kecantikan sesungguhnya.

Wanita memesona saat harus marah segera redam dan tetap lemah lembut. Tegas dalam mengusahakan kebaikan. Yang di dalam hatinya semata-mata adalah nilai-nilai positif, yang tertuang dalam setiap perbuatannya.

Memesona itu ibu saya
Ya, ibu saya, yang sampai akhir hidupnya menjadi teladan untuk saya. Seorang ibu rumah tangga yang merawat keluarganya bersama bapak tanpa sekalipun dibantu asisten rumah tangga. Yang dilakukannya adalah hal-hal sederhana sebagaimana layaknya seorang ibu. Setiap hari beliau berdoa untuk keluarganya. Setiap kali berdoa satu persatu nama anak-anaknya disebut dan dimintakan berkat. Ibu mendampingi bapak dalam bertugas, sekuat tenaga. Ibu yang mengajar kakak-kakak dan saya untuk berdoa dan untuk mengenal Tuhan sejak dini. Ibu yang menangis haru saat bersama bapak hadir di auditorium universitas tempat saya menyelesaikan kuliah. Ibu yang menjaga tutur katanya dan berdamai dengan semua orang. Ibu yang setia berpuasa untuk saya demi pasangan hidup dimana akhirnya saya menikah di usia 29 tahun dengan restunya. Ibu yang dalam sakitnya tetap bersemangat menemani saya paska melahirkan anak pertama, walau hanya sesaat. Ibu yang tetap tersenyum meski menanggung kanker sampai ujung usianya. Ibu yang mengakhiri tugas hidupnya dengan tenang didampingi bapak dan para sahabat. Ibu yang menjadi teladan buat banyak orang yang waktu itu hadir di upacara pemakamannya.

Sederhana, bukan? Menjalani hari demi hari di tempat Tuhan menaruh kita. Apapun latar belakang kita. Apapun kondisi kita saat ini, baik lajang, menikah, atau pernah menikah. Apapun profesi kita, baik ibu rumah tangga ataupun wanita yang bekerja. Memesona itu kita, para wanita.

#MemesonaItu

Tuesday, February 28, 2017

Dunia Perbankan dalam Genggaman dengan Danamon Online Banking


Untuk ibu-ibu macem saya rumah adalah tempat yang jarang ditinggalkan. Bagaimana tidak, ibu dengan dua balita, tanpa asisten, dengan suami bekerja di luar pulau, membuat saya 'betah' di rumah. Rutinitas sehari-hari juga sudah tersedia di sekitaran rumah. Penjual sayur, penjual bubur, pedagang buah, tukang rongsok, secara 'sadar' datang dengan sendirinya memenuhi kebutuhan kami-kami yang orang-orang rumahan ini.

Teknologi juga sangat membantu. Cukup dengan akses internet serasa dunia ada dalam genggaman. Mau nelpon, mau video call, belajar masak, bahkan belanja, semua bisa dilakukan oleh satu piranti saja.

Banyak belanja artinya banyak transaksi. Sekarang kita bisa batasi uang tunai di rumah dengan fasilitas online banking. Layanan yang satu ini mulai saya kenal sejak punya penghasilan sendiri. Saat sekarang bekerja sebagai fulltimer housewife saya masih mempertahankan rekening di bank karena layanan online banking.

Setelah beberapa kali berganti-ganti bank, layanan Danamon Online Banking (DOB) yang bertahan paling lama. Kalau pada fasilitas online banking bank-bank sebelumnya saya harus punya alat tambahan untuk bertransaksi, DOB ini yang pertama kali memberikan kemudahan bertransaksi dengan cukup melalui smartphone. Jadi saya tidak perlu lagi repot menyimpan keypad dan mengingat-ingat dimana terakhir saya menaruh alat itu. Hahaha...

Proses awal penggunaan fasilitas ini juga cukup mudah bagi saya. Secara dulu tahun 2013 saya datang ke kantor cabang bank Danamon, sambil bawa anak pertama saya yang baru berumur tiga bulan, buka rekening, dan ingin mengoptimalkan fasilitas yang ditawarkan..., sangat terbantu oleh customer service yang melayani. Tidak sampai 1 jam semua proses selesai dengan lancar, langsung bisa digunakan.

DOB bisa digunakan baik di smartphone ataupun komputer. Yang penting ada akses internetnya. Saya lebih sering menggunakan browser Chrome untuk masuk ke https://www.danamonline.com. Tersedia fitur 'on-screen keyboard' untuk keamanan tambahan saat login.

Pada menu Akun kita bisa melihat status rekening kita. Saldo terakhir, riwayat transaksi, dan rekening koran online. Buat saya yang beberapa tahun ini hidup berpindah-pindah, fasilitas ini sangat membantu. Saya bisa simpan sendiri rekening koran online, aman di penyimpanan data pribadi saya. Artinya saya juga turut membantu mengurangi penggunaan kertas.

Menu yang sering saya gunakan adalah 'transaksi'. Tagihan listrik, telepon, isi pulsa, transfer, dan bermacam jenis transaksi bisa kita selesaikan tanpa perlu keluar rumah. Bayangkan bila malam-malam, meteran listrik berbunyi tat tit tut.., minta diisi pulsa, padahal anak-anak sudah tidur. Dengan DOB  midnight-token pln-shopping pun bisa dilakukan dengan mudah.

Saat harus melakukan transfer kita diberi pilihan untuk bertransaksi dengan sistem LLG, RTGS, atau online. Masing-masing beda besar biayanya, sehingga kita bisa memilih sesuai kebutuhan. Saya lebih suka transaksi dengan sistem LLG karena lebih murah walau prosesnya membutuhkan waktu.

Tambahan untuk riwayat transaksi dan rekening koran. Bila saatnya suami 'mengaudit' keuangan keluarga, saya bisa sajikan data akurat untuk setiap transaksi online yang saya lakukan. Itu yang disebut transparansi dalam manajemen keuangan keluarga. Heuheuheu..

Saya suka fasilitas DOB ini. Seakan mempunyai asisten pembukuan keuangan. Kalau beli sayur dan bumbu dapur bisa dilakukan secara online saya akan gunakan DOB. Jadi jelas untuk setiap rupiah yang digunakan.

Cukup membantu bukan untuk ibu-ibu rumah tangga. Dunia perbankan seakan dalam genggaman. Selamat mencoba, selamat bertransaksi dengan DOB!


Tuesday, February 21, 2017

Mencoba Bertahan

Akhirnya berhasil ingat untuk membawa anak-anak ke posyandu hari ini. Tapi masih saja belum kebagian KMS, dengan alasan terbaru 'ketinggalan di rumah', kata petugasnya. Tak apa, bulan depan ya, Bu.

LDM, dengan 2 balita, no ART, (masih serumah dengan ortu sih..), bagaimana rasanya? Anda saja yang pikirkan, saya memilih menjalaninya saja dengan berbagai konsekuensi.

Diakhiri dengan membaca Perfect Grace-nya odb.org, terusiklah saya. Grace, anugerah, diberikan kepada kita yang sesungguhnya tidak layak. Kalau kita saja sudah dilayakkan untuk diampuni, kenapa masih bertahan dalam luka yang dibuat orang lain? Bukankah mengampuni adalah sebuah pilihan yang bisa mendamaikan hati? Kata saya dalam hati.

Friday, January 13, 2017

Ternyata Begini Mengatasi Sakit Punggung


Bulan lalu adalah bulan yang melelahkan, terutama secara fisik. Akhir bulan yang penuh kegiatan menguras energi. Walaupun hanya sekedar hadir (tidak ambil bagian sebagai pengisi acara), tetap saja badan memberi alarm alaminya. Sakit punggunglah saya di penghujung tahun 2016. Keluhan awal adalah sakit saat menengok ke kiri (tengeng). Lalu berlanjut sakit di punggung atas sebelah kiri. Sakitnya seperti pindah lokasi ke sebelah tengah. Terakhir sakitnya bertahan menyebar di punggung atas.

Awalnya saya anggap sakit biasa, akan sembuh setelah istirahat malam. Ternyata sesetelah beberapa hari tidak membaik. Obat herbal anti masuk angin sudah habis beberapa bungkus. Salep oles untuk nyeri otot tidak mempan.

Lantas kami ke dokter. Diresepkan obat racikan, vitamin B12, kalsium, dan v*ltaren. Sebenarnya saya merasa sudah hampir sembuh saat baru meminum 1 kali obat yang diresepkan. Ternyata sampai obat habis masih tetap ada keluhan.

Akhirnya, kami tempuh jalur tradisional pijat urut. Baru dua kali ini rasanya saya melakukan pijat. Pertama kali waktu setelah melahirkan anak pertama, dipijat setelah beberapa hari begadang paska melahirkan.

Pijat kali ini dimulai dari kaki kanan ke atas, ke badan bagian kanan. Setelah itu berganti ke sebelah kiri. Selesai pijat baru diurut dengan baby oil. Lalu lebih intens lagi di bagian punggung dan leher yang terasa sakit, dikerok. Hahaha..., padahal biasanya saya tidak pernah mau kerokan. Lebih pilih obat modern, telan, tidur, dan berharap sembuh. Tapi demi segera sehat karena harus mengasuh dua krucil balita saat bapaknya kerja jauh, kerokan pun jadi pilihan, terpaksa.

Sewaktu dipijat, setiap sentuhan tekanan si ibu tukang pijat terasa sakit di badan. Seakan-akan saluran peredaran darah sedang diurai, dibereskan, supaya tidak ada sumbatan. Bekas kerokan bukan merah merona, tapi merah gosong.

Enak juga ya dipijat, hahaha... Kali ini pijat bukan untuk 'me time'. Bagaimana me time, orang dipijat juga sambil ditimpuk badan para krucil yang sesekali bertengkar.

Hasilnya? Lumayan. Tengok kanan kiri sudah jauh lebih mudah dan tidak sakit lagi. Modal di bawah 50 ribu rupiah sudah membaik.

Bila para pembaca mengalami sakit yang sama, pijat urut mungkin bisa menjadi alternatif solusi. Saya rasa gabungan dari penanganan dokter dan pijat urut tadi saling membantu mempercepat kesembuhan. Bagi mahasiswa yang sedang cari ide penelitian bisa tuh dipertimbangkan untuk korelasi keduanya. Seperti mahasiswa UNS yang sudah pernah mengangkat topik mengenai kerokan. Atau barangkali sudah ada penelitiannya ya? Mungkin saya yang belum tahu berita terkini. Baiklah, selamat mencoba bagi yang sedang sakit punggung! Semoga bermanfaat.

Tuesday, January 10, 2017

Reborn


Selamat larut malam, Para Pembaca yang budiman.
Postingan ini adalah masih dari saya, orang yang sama dengan yang membuat akun blog ini. Sedang berbenah blog, membersihkannya dari sarang laba-laba karena ditelantarkan sekian lama.
Berhenti bekerja, memiliki anak, pindah ke Wonogiri, pindah ke Kalimantan, pindah ke Lampung, melahirkan anak kedua, pindah ke Cimahi, kemudian pulang lagi ke kampung halaman, cukup menyita banyak hal. Waktu, tenaga, pikiran, dan dana tentunya, terkuras sudah.

Tapi hidup terus berlangsung. Smartphone sudah dimutakhirkan suami. Saatnya kembali berkarya, menembus keterbatasan, menguak tirai harapan akan hari esok yang lebih indah.

Selamat tahun baru, Saudaraku. God bless you.

Saturday, November 19, 2011

Start a New Page

Setelah sekian lama akhirnya ada cukup banyak waktu luang jadi mau menulis. Kemana saja selama ini? Menikah, pindah rumah, menyesuaikan diri dengan banyak hal yang baru, sambil tetap bekerja. Hal baru apa saja?
1. Baru punya suami
2. Baru pindah dari kos ke rumah mertua dan serasa "masih kos"
3. Baru merasakan bolak-balik dari rumah ke kantor yang jauh
4. Baru membiasakan diri bersih-bersih rumah "serumaheun" yang "tidak serumaheun"
5. Baru menikmati badan yang sedikit mengurus, celana pada longgar.
6. Baru kembali ke "gawean lawas", cuci dan setrika untuk dan oleh diri sendiri
7. Baru memperkaya kasanah masakan-masakan rumah dan mencoba mempraktikkannya
8. Baru merasakan betapa lebih enak kalau dekat ke suami (dalam arti yang sesungguhnya)
9. Baru kali ini setelah menikah hampir setengah tahun belum pernah pulang lagi ke orangtua.
10. "Baru-baru" yang lainnya yang masih bisa disusulkan dalam kesempatan-kesempatan yang lain


Wednesday, May 18, 2011

Hidup yang Melibatkan Orang Lain


Hari-hari ini adalah hari yang sibuk. Pekerjaan tidak bisa diabaikan. Persiapan pernikahan tetap harus diselesaikan. Membuat prioritas dan menyesuaikan diri dengan kondisi faktual, itulah yang terjadi di hari-hari terakhir ini. Saat jadwal pribadi sudah disusun rapi dan serasa setiap rencana masih bisa tertangani, ternyata masih ada sisi lain yang harus membuat kita menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak terhindarkan. Sisi lain tersebut adalah sisi keterlibatan dengan orang lain. Orang lain dengan jadwalnya sendiri, orang lain dengan keperluannya sendiri.

Hanya bisa berdoa, supaya badan tetap sehat, tetap fit, tapi segala tugas dan kewajiban tetap terselesaikan dengan excellent.